Sebuah studi baru -baru ini tentang mesin pencari AI mengungkapkan masalah serius dalam memproses informasi berita. Pusat Berita Digital Columbia News Review (CJR) melakukan tes mendalam pada delapan alat AI dengan kemampuan pencarian real-time, dan hasilnya mengejutkan: lebih dari 60% pertanyaan berita menerima jawaban yang tidak akurat. Penemuan ini telah menarik perhatian publik yang meluas pada keandalan teknologi AI.

Penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat kesalahan di antara platform AI yang berbeda. Di antara mereka, tingkat kesalahan GROK3 setinggi 94%, sedangkan tingkat kesalahan pencarian chatgpt juga setinggi 67%. Perlu dicatat bahwa bahkan versi berbayar, seperti kebingungan Pro dan layanan premium Grok3, telah gagal untuk menghindari jawaban yang sering percaya diri tetapi salah. Para peneliti secara khusus menunjukkan bahwa model AI ini memiliki kecenderungan luas untuk "dengan percaya diri salah", yaitu, ketika ada kekurangan informasi yang dapat diandalkan, mereka tidak memilih untuk menolak jawaban, tetapi cenderung membuat jawaban salah yang tampaknya masuk akal.
Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan masalah kutipan mesin pencari AI. Alat -alat ini sering mengarahkan pengguna ke platform penerbitan bersama untuk konten berita daripada situs web penerbit asli. Yang lebih serius adalah bahwa beberapa alat AI bahkan membuat tautan URL yang tidak valid, menyebabkan pengguna tidak dapat mengakses sumber informasi. Sebagai contoh, lebih dari setengah tautan referensi GROK3 tidak valid dalam tes, yang semakin memperburuk kesulitan mendapatkan informasi.
Masalah -masalah ini menimbulkan tantangan serius bagi penerbit berita. Jika crawler AI dicegah dari konten merangkak, konten mungkin kehilangan tanda tangannya sepenuhnya; Sementara merangkak mungkin menghadapi dilema konten yang banyak digunakan tetapi tidak dapat diangkut kembali ke situs webnya sendiri. Times Chief Operating Officer Mark Howard menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang hal ini, menyoroti perlunya transparansi dan kontrol.
Para peneliti mencatat bahwa sekitar seperempat orang Amerika kini telah menggunakan model AI sebagai pengganti mesin pencari tradisional, dan tingkat kesalahan yang tinggi mengkhawatirkan keandalan informasi. Studi ini lebih lanjut mengkonfirmasi laporan serupa yang dirilis November lalu, yang juga menunjukkan masalah akurasi yang dimiliki ChatGPT saat berurusan dengan konten berita. Meskipun Openai dan Microsoft mengakui menerima hasil penelitian, mereka tidak secara langsung menanggapi pertanyaan spesifik, yang memicu keraguan publik lebih lanjut tentang transparansi teknologi AI.
Singkatnya, tingkat kesalahan mesin pencari AI, kutipan yang membingungkan dan kinerja yang buruk dari layanan berbayar dalam pemrosesan informasi berita semuanya menunjukkan bahwa masih ada banyak kekurangan dalam teknologi saat ini. Karena peran AI dalam akuisisi informasi menjadi semakin penting, menyelesaikan masalah ini telah menjadi tugas yang mendesak.