Menurut data survei terbaru yang dirilis oleh Pew Research Center, tingkat penetrasi kecerdasan buatan (AI) di tempat kerja AS tetap rendah. Survei, yang dilakukan pada Oktober 2023, mencakup 5.273 orang dewasa yang bekerja, dan hasilnya menunjukkan bahwa hanya 16% responden mengatakan mereka menggunakan alat AI di tempat kerja. Data ini menunjukkan bahwa meskipun industri teknologi terus meningkatkan promosi teknologi AI, situasi aplikasi yang sebenarnya masih belum memuaskan.
Investigasi lebih lanjut mengungkapkan situasi spesifik "pengguna non-AI". Dari 81% responden yang tidak menggunakan AI, 63% mengatakan mereka jarang atau tidak pernah memiliki akses ke teknologi AI, dan 17% lainnya bahkan tidak pernah mendengar tentang AI di tempat kerja. Penemuan ini menyoroti bahwa tingkat penetrasi teknologi AI dalam skenario kerja aktual masih terbatas, dan juga mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mempromosikan aplikasi AI.
Perlu dicatat bahwa sikap publik terhadap teknologi AI memiliki kecenderungan yang jelas untuk berhati -hati. 52% responden menyatakan keprihatinan tentang dampak jangka panjang AI, percaya bahwa risiko potensial mungkin lebih besar daripada manfaatnya. Selain itu, 32% responden khawatir bahwa popularitas AI dapat menyebabkan penurunan peluang kerja. Data ini menunjukkan bahwa sementara teknologi AI diyakini meningkatkan produktivitas, orang tetap dicadangkan tentang dampak sosial yang mungkin dimilikinya.
Hasil survei juga mencerminkan keterbatasan teknologi AI dalam aplikasi praktis. Meskipun alat AI seperti chatbots diyakini mempercepat kemajuan kerja, responden umumnya percaya bahwa ini tidak selalu meningkatkan kualitas kerja. Penemuan ini mengingatkan kita bahwa ketika mempromosikan teknologi AI, selain memperhatikan peningkatan efisiensi, kita juga perlu memperhatikan jaminan kualitas kerja.
Dari perspektif industri, sementara raksasa teknologi telah membuat banyak publisitas di sekitar alat AI seperti ChatGPT, Copilot dan Gemini, temuan menunjukkan bahwa membujuk karyawan untuk menerima dan menggunakan teknologi ini secara efektif tetap menjadi tantangan utama. Fenomena ini dapat berasal dari banyak faktor, termasuk ambang batas penggunaan teknologi, pelatihan karyawan yang tidak mencukupi, dan kepercayaan pada teknologi AI.
Secara keseluruhan, survei ini memberi kita wawasan berharga tentang status teknologi AI saat ini di tempat kerja di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa untuk mencapai mempopulerkan yang meluas dan penerapan teknologi AI yang efektif, diperlukan lebih banyak upaya dalam promosi teknologi, pelatihan karyawan, dan kesadaran publik. Pada saat yang sama, hasil survei juga mengingatkan kita bahwa dalam proses mempromosikan penerapan teknologi AI, perlu untuk menyeimbangkan peningkatan efisiensi dan jaminan kualitas, dan untuk sepenuhnya mempertimbangkan kemungkinan dampak sosial dari pengembangan teknologi.