Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan cepat teknologi kecerdasan buatan telah menarik perhatian luas dalam komunitas akademik. Sebuah studi terhadap 14 juta abstrak biomedis di PubMed antara 2010 dan 2024 mengungkapkan dampak mendalam dari model bahasa besar pada gaya penulisan akademik. Studi ini mengadopsi metode analisis epidemiologis yang inovatif yang secara sistematis mengungkapkan penggunaan kecerdasan buatan dalam penulisan akademik untuk pertama kalinya dengan melacak pola penggunaan "kosa kata yang lentur".
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karena penggunaan komersial yang meluas dari model bahasa besar seperti chatgpt pada tahun 2023, frekuensi penggunaan kosa kata spesifik tertentu dalam makalah akademik telah berubah secara signifikan. Sebagai contoh, kata "dalam" digunakan 25 kali lebih sering daripada di masa lalu, sementara kata -kata seperti "tampilan" dan "penekanan" telah menunjukkan tren pertumbuhan yang sama. Perlu dicatat bahwa frekuensi penggunaan beberapa kosa kata yang umum digunakan seperti "potensial", "penemuan" dan "kritis" juga meningkat hingga 4%, menunjukkan bahwa AI tidak hanya mempengaruhi pilihan kosa kata tertentu, tetapi juga mengubah gaya penulisan secara keseluruhan.

Melalui analisis komparatif kosa kata yang berlebihan dalam periode yang berbeda, para peneliti menemukan fenomena yang menarik. Selama periode 2013 hingga 2023, kosakata ekstra terutama terkait dengan peristiwa global seperti "Ebola", "Coronavirus" dan "Lockdown". Namun, kata-kata yang berlebihan pada tahun 2024 hampir semua kata "gaya", dengan dua pertiga dari mereka menjadi kata kerja dan sekitar seperlima dari mereka menjadi kata sifat. Pergeseran ini mencerminkan dampak mendalam AI pada gaya penulisan akademik, bukan hanya perubahan konten.
Penelitian ini juga mengungkapkan karakteristik distribusi geografis yang digunakan oleh kecerdasan buatan. Di negara-negara yang tidak berbahasa Inggris, seperti Cina, Korea Selatan dan Taiwan, sekitar 15% makalah menunjukkan jejak pemrosesan kecerdasan buatan, sementara di negara-negara berbahasa Inggris asli seperti Inggris, proporsi ini hanya 3%. Temuan ini menunjukkan bahwa model bahasa besar dapat memberikan alat tambahan penting bagi para peneliti non-asli di bidang akademik yang dipimpin bahasa Inggris yang membantu meningkatkan daya saing penelitian mereka.
Pentingnya penelitian ini tidak hanya untuk mengungkapkan dampak kecerdasan buatan pada penulisan akademik, tetapi juga untuk memberikan referensi penting untuk konstruksi integritas akademik di masa depan. Ketika kecerdasan buatan menjadi semakin umum dalam penulisan akademik, bagaimana menyeimbangkan inovasi teknologi dengan norma -norma akademik dan bagaimana memastikan orisinalitas dan keaslian penelitian akan menjadi topik penting yang dihadapi akademisi.
Poin -Poin Kunci:
Kecerdasan buatan secara signifikan mengubah gaya penulisan makalah akademik, menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam frekuensi penggunaan kosa kata spesifik tertentu.
Kosakata yang berlebihan pada tahun 2024 terutama tercermin dalam kosakata "gaya", daripada kata benda yang terkait dengan peristiwa global di masa lalu.
Para peneliti di negara-negara berbahasa non-Inggris lebih suka menggunakan kecerdasan buatan untuk membantu menulis, yang dapat mengubah lanskap kompetisi akademik.