Baru -baru ini, ARC Institute dan Nvidia bersama -sama meluncurkan model kecerdasan buatan biologis terbesar di dunia - EVO2, bersama dengan tim peneliti dari Stanford University, UC Berkeley dan UC San Francisco. Berdasarkan data dari lebih dari 128.000 genom, model terobosan ini melatih 9,3 triliun nukleotida, sebanding dengan model bahasa generatif AI yang paling kuat saat ini, menandai lompatan besar di bidang penelitian biologi.
Kemampuan belajar mendalam EVO2 memungkinkannya untuk mengidentifikasi dengan cepat pola dalam urutan gen organisme yang berbeda, sangat mengurangi jam kerja para peneliti. Model ini tidak hanya secara akurat mengenali mutasi yang memicu penyakit manusia, tetapi juga merancang genom baru yang sebanding dengan panjang genom bakteri sederhana. Tim pengembangan berencana untuk merilis rincian EVO2 pada 19 Februari 2025 dan meluncurkan antarmuka ramah pengguna yang disebut Evo Designer. Selain itu, kode EVO2 telah diterbitkan di GitHub ARC dan diintegrasikan ke dalam kerangka kerja Bionemo NVIDIA untuk mempromosikan penelitian ilmiah lebih lanjut.
Dibandingkan dengan model generasi sebelumnya EVO1, EVO2 telah secara signifikan memperluas jangkauan datanya, yang mencakup data dari bakteri, archaea, virus, dan eukariota seperti manusia dan tanaman. Para peneliti mengatakan pengembangan EVO2 menandai tonggak penting di bidang biologi generatif, yang memungkinkan mesin untuk "membaca, menulis, memikirkan" bahasa nukleotida, memberikan kemungkinan baru untuk bioengineering dan desain terapi gen di masa depan.
Pada tingkat teknis, EVO2 dilatih pada platform AI Cloud NVIDIA DGX dan menggunakan lebih dari 2.000 GPU NVIDIA H100. Kekuatan komputasi yang kuat ini memungkinkan model untuk memproses hingga 1 juta nukleotida sekaligus, sehingga pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara bagian -bagian jarak jauh dari genom. Arsitektur AI baru "Stripedhyena2" memungkinkan EVO2 untuk memproses data 30 kali lebih banyak daripada EVO1, lebih lanjut meningkatkan kinerjanya.
EVO2 memiliki berbagai aplikasi, terutama dalam analisis perubahan genetik yang terkait dengan fungsi protein dan kemampuan beradaptasi organisme. Sebagai contoh, dalam tes varian gen yang berhubungan dengan kanker payudara BRCA1, EVO2 memprediksi mutasi dengan lebih dari 90%. Temuan ini tidak hanya akan menghemat waktu dan dana laboratorium, tetapi juga akan mempercepat pengembangan obat baru.
Selain itu, EVO2 dapat membantu merancang alat biologis baru atau pilihan perawatan. Misalnya, para ilmuwan dapat menggunakan model untuk merancang terapi gen yang menargetkan sel -sel spesifik untuk menghindari efek samping. Tim peneliti percaya bahwa di masa depan, model AI yang lebih spesifik dapat dibangun berdasarkan EVO2, memberikan lebih banyak kemungkinan untuk penelitian genom dan bioengineering.
Dalam hal risiko etis dan keamanan, para peneliti memastikan bahwa dataset EVO2 tidak mengandung patogen yang berbahaya bagi manusia dan organisme kompleks lainnya untuk mengembangkan dan menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. Langkah ini tidak hanya memastikan keamanan teknologi, tetapi juga meletakkan dasar yang kuat untuk penelitian biologis di masa depan.
Pendahuluan terperinci EVO2 dapat ditemukan di tautan berikut: https://arcinstitute.org/news/blog/evo2
Poin -Poin Kunci: EVO2 adalah model AI biologis terbesar di dunia, dengan data pelatihan yang mencakup 128.000 genom. Model ini dapat dengan cepat mengidentifikasi mutasi penyakit dan merancang genom baru, sangat meningkatkan efisiensi penelitian ilmiah. EVO2 menawarkan kemungkinan baru untuk bioengineering di masa depan dan desain terapi gen.