Baru-baru ini, mantan Presiden AS Donald Trump memposting sebuah video yang dihasilkan AI yang disebut "Trump Gaza" di platform sosialnya Truth Social, yang menarik perhatian luas. Terletak di Jalur Gaza, video tersebut menggambarkannya sebagai surga liburan mewah yang mirip dengan Dubai. Dalam video itu, keluarga berjalan keluar dari reruntuhan yang dilanda perang dan datang ke resor tepi pantai bertingkat tinggi, sementara Trump menikmati koktail di kursi matahari dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, sementara raksasa teknologi Elon Musk merobek roti datar sebagai makanan ringan. Adegan ini penuh dengan ironi dan juga memicu diskusi tentang penerapan teknologi AI.

Pencipta video ini adalah Solo Avital, pembuat film dari Los Angeles. Dia mengatakan video itu adalah sindiran politik yang disebut "Rencana Pengembangan Real Estat Gaza." Rencana tersebut mengklaim untuk mengubah Gaza menjadi "Riviera Timur Tengah" dan mengusulkan gagasan membersihkan sekitar 2 juta orang di daerah tersebut. Avital menggunakan alat AI ketika ia membuat video ini pada bulan Februari, yang memakan waktu kurang dari delapan jam. Dia terkejut dengan penyebaran video yang cepat, terutama Trump mempostingnya di media sosial tanpa otorisasi.
Avital mengungkapkan bahwa video itu awalnya dibagikan hanya di kalangan pribadi, dan ia dan mitra bisnisnya Ariel Flomon menyarankan untuk menariknya setelah menyadari itu dapat menyebabkan kontroversi. Namun, Trump mengabaikan saran ini dan memposting video secara langsung di platform sosialnya. Perilaku ini tidak hanya membuat video terkenal dengan cepat, tetapi juga membuat Avitar menerima ribuan pesan dari teman dan netizen, mengingatkannya bahwa video tersebut telah diedarkan secara luas.
Avitar mengatakan interpretasi media terhadap video itu sangat berbeda dari niat aslinya untuk penciptaan. Dia berharap menggunakan video ini untuk memicu diskusi publik tentang hak dan tanggung jawab teknologi AI generatif. Dia percaya bahwa meskipun teknologi AI dapat merangsang kreativitas, itu juga membutuhkan pengawasan yang tepat untuk menghindari dieksploitasi secara jahat. Pandangan ini didukung oleh Profesor UC Berkeley Haney Farid. Farid menunjukkan bahwa video yang dihasilkan AI akan menjadi lebih umum di masa depan, memperingatkan bahwa teknologi tersebut dapat menimbulkan risiko potensial, terutama proliferasi konten palsu dapat mempengaruhi persepsi publik.
Terlepas dari tantangan yang dibawa oleh AI Technology, Avitar tetap optimis tentang masa depannya. Dia percaya bahwa AI dapat memberikan lebih banyak kemungkinan bagi pencipta, tetapi juga membutuhkan aturan yang jelas untuk memastikan bahwa itu digunakan secara bertanggung jawab. Kejadian ini tidak hanya mengungkapkan potensi teknologi AI dalam pembuatan konten, tetapi juga menyoroti risiko kemungkinan penyalahgunaannya, menyediakan materi diskusi penting untuk pengawasan teknis di masa depan.